Semoga
kita bisa belajar dari kisah nyata seorang motivator terkenal berikut
ini. Ketika SMP ada seorang teman yang sering meludahi tangan saya.
Kenapa? Karena, setiap pagi saya harus bekerja memungut latex
(getah) yang sudah membeku di perkebunan karet. Akibat pekerjaan ini
maka tangan saya bau. Siangnya, di sekolah, teman saya itu memanggil
saya, mencium tangan saya, kemudian meludahinya.
Dendam
dan sakit hati saya kepadanya begitu lama. Saya selalu menghindar
berjumpa dengan dia. Saya juga menjaga jarak. Bila ingat wajahnya saya
muak dan sakit hati. Sampai tamat kuliah saya masih belum mau
memaafkannya. Menurut saya, memaafkan kesalahannya adalah merendahkan
martabat saya.
Ilusi
kehidupan itu menjebak saya begitu lama. Sungguh amat menyiksa. Sampai
suatu saat saya tersadar. Saya berkunjung ke rumahnya di Lampung
Selatan. Bukan sekadar memaafkannya, saya memberinya hadiah lebaran.
Saya juga menganggapnya salah satu guru kehidupan tebaik dalam hidup
saya. Hasilnya, dia peluk saya erat-erat sambil berkata, “Jamil, mulai hari ini kamu adalah saudara saya.”
Ya, inilah makna sesungguhnya dari memaafkan, rasa bahagia dan juga menambah saudara.
(based on true story from Motivator Jamil Azzaini on jamilazzaini.com)
0 komentar:
Posting Komentar