Seperti
sudah menjadi sebuah kebiasaan ketika ramadhan tiba. Bila selepas
shalat isya sambil mengisi jeda waktu didirikannya shalat tarawih.
Hampir disetiap masjid mengadakan kuliah singkat berisi nasehat-nasehat
seputar kehidupan yang islami. Yang sering kita kenal dengan istilah
kultum.
Intinya
dengan adanya ramadhan akan banyak seseorang menjadi mendadak ustadz.
Karena mendadak terkadang melupakan persiapan sebelum maju. Padahal
Cicero menyatakan seorang yang naik panggung tanpa persiapan akan turun
panggung tanpa penghormatan. Tapi setidaknya tidak akan turun dengan
tangan hampa tanpa penghormatan, masih ada adik-adik usia SD yang ngefans untuk
memburu tanda tangan meski pun atas perintah gurunya, setidaknya ada
pelipurlaralah. Yah, sekali lagi namanya juga dadakan.
Nah
saya ada sedikit tips yang semoga bisa menjadi jalan keluar ketika
diminta menjadi ustadz dadakan saat shalat tarawih atau shalat shubuh:
1. Siapkan tema yang sederhana yang mudah disampaikan dan cepat dipahami.
Mengatakan
sesuatu yang sesuai dengan bahasa yang disepakati oleh warga setempat.
Jangan ingin dianggap ustad yang pinter terus justru kita
menjerumuskan audience kita dalam ketidakfahaman karena isi materi
kultum kita yang njelimet. Ingat juga Khatibu naas bi qadri uqulihim.
Bicara dengan memperhatikan kondisi sosiologis masyarakat setempat,
kadar intelektualnya. Sampaikan juga sesuai dengan kebutuhan mereka,
maka perlu dilakukan riset kecil-kecilan agar tau apa yang masyarakat
ingini. Oh ya satu hal lagi bila memberikan kultum atau ceramah,
hindari tema-tema atau bahasan yang memancing kontroversi atau masih
menjadi perdebatan dikalangan ulama.
2. Membuat peta konsep dalam bentuk point-point dan usahakan jaga eye contact kepada audience
Mengapa
?? agar kultum kita lebih terarah. Dan peta konsep ini nantinya bisa
kita gunakan sebagai contekan. Jika membawa print out naskah, tandai
bagian-bagian yang terpenting. Usahakan jangan terlalu sering melirik
naskah tapi pandang mata-mata jama’ah yang hadir, jaga eye contact.
Seperti halnya rasulullah, diceritakan oleh Syaikh Mubarakfurry dalam
kitab Rahul Maqtum, kala beliau saw berbicara di sebuah forum
memberikan taujih kepada para sahabat, beliau senantiasa memandangi
lekat wajah para sahabatnya, seolah mereka adalah yang paling dicintai
rasulullah. Insya Allah jika hal ini kita terapkan pada kultum kita,
mereka ( audience) kita merasa terperhatikan. Jika mereka merasa
terperhatikan maka mereka pun akan semakin semakin semangat untuk
mendengarkan kultum kita lebih lanjut.
3. Intonasi yang tegas dan artikulasi yang jelas
Pengucapkan
“ eeeeee..... Jamaah sholat tarawih yang eeeeeee dirahmati Allah,
eeeee untuk kultum yang eeeeee saya bawakan eeee pada malam hari ini
adalah...... anuuuuu tentang eeeee keutamaaan puasa di bulan ramadhan
yang eeeee.......” sungguh tidak nyaman di dengar. Maka setelah tadi
kita membuat point-point uyang akan disampaikan disinalah gunanya, ia
berguna untuk memancing ide dan kata-kata ketika kita blank.
Nah
bila memang benar-benar sudah blank, sebaiknya diam sesaat jangan
sampai ada huruf yang keluar. Ini akan menjadikan ceramah kita lebih
menjenuhkan bila sampai keluar kata “eeeee” “anuuuuuu”. Kemudian
penyampaian dengan artikulasi yang jelas A I U E O nya. Vocalnya, tajwid
dan makharijul hurufnya. Oh ya, sekedar masukan. Memang disarankan bila
membaca ayat adalah dengan arabnya dan di tartilkan. Tapi bila kita
belum berkemampuan atau memiliki tahsin yang kurang bagus, namanya juga
dadakan :D . Sebaiknya dibaca artinya saja. Dan untuk membacakan hadits,
adalah bukan seperti membaca ayat yang dilagukan tetapi dibaca seperti
bagaimana adanya misalnya ada pertanyaan ya dibaca dengan intonasi
bertanya bila hadits ya berbunyi sebuah pernyataan tegas ya dibaca
dengan intonasi pernyataan, bila dialog ya dibacakan laksana membaca
naskah drama. Sehingga lebih hidup.
4. Mencukupkan waktu penyampaian ceramah yang singkat padat namun jelas.
Rasulullah SAW bersabda : “ Termasuk tanda seorang yang pemahaman yang mendalam adalah khutbahnya singkat, shalatnya panjang “ (
HR. Muslim ). Sekali lagi karena ini kultum bukan khutbah jum’at jadi
alangkah ahsannya bila ceramah tidak terlalu lama. Kasihan juga para
ibu-ibu yang mungkin harus segera bergegas pulang untuk mempersiapkan
sahur bagi suami dan keluarganya. Jika kita berlama-lama dalam
penyampaian ceramah kultum, sementara setelah antum turun kari mimbar
masih disambung shalat tarawihnya.
Oke
selamat berkuliah tujuh menit, selamat menjadi ustadz / ustadzah,
selamat menjadi mubaligh. Meski dadakan semoga ini merubakan sarana yang
Allah pilihkan bagi kita untuk tetap menapaki tangga hidayahNya hingga
ke surga.
0 komentar:
Posting Komentar