Senin, 08 Agustus 2011

Pembangunan RS Indonesia Gaza Dikerjakan Malam Hari


Bogor (ANTARA) - Aktivitas pembangunan Rumah Sakit Indonesia di Gaza, Palestina, selama bulan Ramadhan 1432 Hijriah dilaksanakan pada malam hingga pagi, mengingat cuaca yang sangat panas pada siang hari.
"Berdasarkan laporan relawan kami yang ada di Gaza, Ramadhan 2011 ini berlangsung dalam cuaca sangat panas, sehingga kegiatan yang berkaitan dengan pembangunan fisik dihentikan sementara," kata Ketua Presidium Organisasi Kegawatdaruratan Kesehatan "Medical Emergency Rescue Committee" (MER-C) Indonesia dr Sarbini Abdul Murad
kepada ANTARA di Bogor, Minggu malam.
Mengutip laporan Ketua MER-C Cabang Gaza Abdullah Onim, ia menjelaskan bahwa kegiatan yang berkaitan dengan pembangunan, baik program pemerintah maupun LSM asing lainnya memilih menghentikan aktivitasnya selama Ramadhan.
"Kecuali kegiatan program pembangunan RS Indonesia di Jalur Gaza. Proses pembangunan struktur RS Indonesia di Jalur Gaza tetap berjalan dengan jadwal kegiatan yang sedikit diubah," katanya.
Sebelumnya, aktivitas pembangunan RS Indonesia dilakukan di siang hari. Namun, selama bulan Ramadhan kegiatan pembangunan dilakukan di malam hingga pagi hari.
Misalnya, proses pengecoran dilakukan setelah shalat tarawih sekitar pukul 23.00 tengah malam sampai jam 02:30 dinihari waktu setempat.
Kemudian pekerja kontraktor dan relawan MER-CIndonesia beristrahat beberapa saat untuk bersahur dan shalat fajar/subuh.
Setelah itu, aktivitas pembangunan dilanjutkan kembali sampai dengan jam 09.00 pagi, begitu seterusnya. "Semua ini kami lakukan agar pembangunan RS Indonesia tidak terlambat dan bisa selesai sesuai dengan target yang telah tetapkan," katanya.
"Untuk itu, kami mengucapkan terima kasih atas dukungan rakyat Indonesia sehingga pembangunan Rumah Sakit Indonesia di Jalur Gaza, Palestina dapat terlaksana sampai dengan sejauh ini. Kami berharap terus doa dan dukungan dari seluruh rakyat Indonesia khususnya untuk dapat menyisihkan sebagian rezekinya demi kelancaran pembangunan rumah sakit ini," katanya mengutip Abdillah Onim.
Ia menambahkan, pada Ramadhan 1432 Hijriah cuaca yang panas dan gerah (bahkan angin di siang hari bukan terasa sejuk akan tetapi gerah karena anginnya bercampur udara panas).
Selain itu, waktu berpuasa di Jalur Gaza juga lebih lama yaitu kurang lebih 16 (enam belas) jam.
Misi membangun RS Indonesia di Gaza berawal dari misi tim bantuan kemanusiaan asal Indonesia yang membawa bantuan obat-obatan dari pemerintah dan rakyat Indonesia untuk warga Gaza, Palestina, akhir tahun 2008 hingga awal 2009.
Pada saat itu tim dipimpin dr Rustam S. Pakaya, MPH yang saat itu menjabat Kepala Pengendalian Krisis (PPK) Departemen (Kementerian) Kesehatan dan Direktur Urusan Timur Tengah Departemen Luar Negeri Aidil Chandra Salim, M.Comm.
Tim sempat bertemu Utusan Khusus Sekretaris Jenderal (Sesjen) PBB untuk Urusan Pengungsi Palestina (UNRWA) Duta Besar Peter Ford.
Pada Kamis (8/1/2009) malam pukul 21.00 waktu setempat atau Jumat dini hari pukul 02.00 WIB tiba, bantuan itu tiba di Rafah, perbatasan Mesir-Jalur Gaza, Palestina.
Bantuan itu disampaikan langsung hanya dua meter dari wilayah Palestina kepada warga Jalur Gaza. Delegasi penerima pun datang secara khusus dari Gaza untuk menerima bantuan pemerintah dan rakyat Indonesia itu.
Perwakilan warga Palestina di wilayah Rafah yang saat ini dikuasai pejuang HAMAS, dan masih terus diserang bom oleh Israel itu adalah Faiz Hasunah (25).
Total bantuan yang diserahkan sebesar Rp2,1 miliar, yakni dari pemerintah Rp700 juta, MER-C Rp900 juta, dan BSMI Rp500 juta berupa obat-obatan dan ambulans.
Dikemukakannya beberapa anggota Komisi I Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI dan beberapa komponen masyarakat sipil, belum lama ini telah meletakkan batu pertama pembangunan RS Indonesia di Gaza yang telah dirintis relawan MER-C.
Para anggota DPR RI itu bisa masuk ke Gaza melalui pintu Rafah, perbatasan Mesir dan Gaza, Palestina.
RS Indonesia di Gaza yang pernah disampaikan MER-C adalah berupa pusat trauma dan rehabilitasi dengan bentuk bangunan segi delapan, berlokasi di Bayt Lahiya, Gaza Utara, yang merupakan wakaf dari pemerintah Gaza.
Dalam perkembangannya, MER-C menilai pemerintah Indonesia melalui Kementerian Kesehatan telah ingkar atas komitmen untuk membantu pendirian RS Indonesia tersebut, yang sebelumnya dijanjikan bantuan Rp20 miliar.
Namun, Menteri Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih membantah bahwa pemerintah Indonesia berbohong tentang komitmen untuk membantu pendirian rumah sakit di Gaza, Palestina seperti yang dituduhkan oleh MER-C.
Menkes menjelaskan pemerintah tetap menyalurkan dana sebesar Rp20 miliar, namun bukan untuk rumah sakit baru, karena berdasarkan informasi pemerintah Palestina sedang ada sebuah RS yang sedang dibangun.
"Kita meminta satu lantai tepatnya lantai lima untuk dibangun `cardiac centre` yang diberi nama Indonesia," kata Menkes seperti dikutip Republika.

0 komentar:

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best Buy Coupons