Rabu, 27 Juli 2011

Anak Indonesia Bicarakan Isu Perdagangan Anak di Inggris

Medan - Kasus-kasus perdagangan anak di Indonesia akan dibicarakan dalam forum anak internasional di Inggris. Empat anak yang menjadi wakil Indonesia dalam forum tersebut akan memaparkan situasi yang ada dan mengharapkan ada solusi dari negara lain yang mungkin bisa diterapkan di Indonesia.

Ketua Forum Anak Sumatera Utara Lili Suryani (16), salah satu anak yang mewakili Indonesia dalam kegiatan kemah anak dan remaja internasional CoCamp di Walesby, Nothinghamp Forrest, Inggris menyatakan ada beberapa isu yang akan coba mereka bicarakan dalam forum tersebut. Masalah perdagangan anak merupakan salah satunya saja.
“Karena persoalan ini sudah sangat mengkhawatirkan anak-anak di Indonesia, maupun Sumatera Utara secara khusus,” kata Lili Suryani di Bandara Polonia, Medan, Selasa (26/7/2011) sore sebelum berangkat menuju London via Kuala Lumpur dengan penerbangan Malaysia Airlines.


Selain masalah perdagangan anak, masalah lainnya yang akan disampaikan masalah pelacuran anak yang banyak terjadi serta persoalan hak-hak anak di Indonesia. Nantinya wakil Indonesia di forum tersebut akan mencoba memetik pelajaran dari apa dan bagaimana anak-anak di luar
negeri memperoleh hak-haknya.

“Mudah-mudahan kita bisa memperoleh pengetahuan yang banyak dan berguna dari perkemahan itu, dan semoga bisa diterapkan juga di tempat asal kita,” kata Lili Suryani yang saat ini tercatat duduk kelas dua SMA Jayakrama, Kecamatan Beringin, Deli Serdang.

Selain Lili Suryani, tiga anak lainnya yang berangkat ke Inggris yakni Osyanda Rahayu (17), pelajar kelas tiga, Madrasah Aliyah Negeri (MAN) I Meulaboh, Aceh Barat, kemudian Mutiara Trianingsih (14), pelajar kelas tiga SMP Negeri 3 Tanjung Morawa, Deli Serdang, serta Guntur
Mahardika I.M. Damanik (14), pelajar kelas tiga SMP Negeri 1 Medan.

Keempat anak yang akan berangkat tersebut terpilih setelah melewati serangkaian seleksi ketat yang dilaksanakan Yayasan KKSP (Pusat Pendidikan dan Informasi Hak Anak) Medan. Direktur Eksekutif Yayasan KKSP, Muhammad Jailani menyatakan, proses seleksi terhadap keempat
anak tersebut berlangsung pada Februari lalu.

“Kriteria yang ditetapkan, yakni kreativitas, kemudian multitalenta, kemampuan dalam menyampaikan ide, kemampuan dalam mengorganisir, karena nanti di perkemahan itu mereka dituntut mampu mengundang peserta dari negara lain untuk menyaksikan workshop yang mereka
lakukan,” kata Jailani. 

Pertemuan-pertemuan dengan wakil atau delegasi dari negara lain dalam kemah internasiomal tersebut, menjadi momen penting anak-anak Indonesia untuk mengenalkan Indonesia dan juga menyampaikan kemajuan maupun persoalan anak yang ada di Indonesia. Baik secara nasional
maupun dalam lingkup daerah mereka sendiri.

“Berdasarkan data kasus yang dicatat KKSP, sejak 2006 hingga 2011 terdapat terdapat 265 kasus perdagangan anak di Sumatera Utara, sedangkan kasus pelacuran anak mencapai 1.050 kasus dalam kurun waktu yang sama. Inilah gambaran persoalan yang akan mereka bicarakan nanti
dengan kawan-kawan mereka dari berbagai negara,” kata Jailani.

Kegiatan CoCamp di Inggris itu dilaksanakan lembaga bernama Woodcraft Folk yang berafiliasi dengan International Falcon Movement - Socialist Educational International (IFM - SEI). CoCamp yang berlangsung pada 30 Juli hingga 9 Agustus tersebut. Peserta yang diperkirakan mencapai 2.500 orang, berdatangan dari setidaknya 43 negara.

(rul/van)



source

0 komentar:

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best Buy Coupons