Kamis, 25 Juli 2013

Tak Hanya Facebook, Instagram Juga Bisa Pengaruhi Psikis Seseorang


Jakarta, Jejaring sosial seperti facebook memang bermanfaat untuk menjaga hubungan dengan teman atau kerabat. Tapi, di balik keuntungan penggunaan facebook, ada juga sisi negatif akibat seringnya mengakses jejaring sosial ini.

The Human Computer Institute di Carnegie Mellon menemukan bahwa konsumsi pasif terhadap akun teman Anda, termasuk mengakses informasi mengenai dirinya di Facebook berkaitan dengan rasa kesepian dan bahkan depresi.

Awal tahun ini, dua universitas di Jerman menunjukkan bahwa pengikut pasif akun facebook atau orang yang sering membuka akun facebook temannya bisa mengalami perasaan cemburu dan benci. Salah satu pemicu utamanya yaitu foto liburan orang yang bersangkutan.

Namun, studi lain yang melibatkan 425 siswa di Utah menunjukkan bahwa efek facebook bisa bermata dua yakni melihat profil Anda dapat meningkatkan harga diri Anda tapi juga bisa menurunkan kinerja Anda. Tapi, jika Anda menggunakan Facebook terutama untuk berbagi artikel menarik dengan teman, bertukar pesan dengan kenalan baru, dan bermain game, efek negatif itu mungkin bisa diminimalisir.

Tetapi jika waktu mengakses Facebook sebagian besar Anda habiskan untuk menyelidiki kehidupan seseorang melalui postingan teman-temannya atau foto-foto mereka terutama yang berkaitan dengan kegiatan berlibur, maka hal itu bisa mengganggu psikis Anda.

Mengapa? dengan melihat foto atau postingan orang lain, Anda akan memperbarui status sebagai ungkapan kekesalan. Jika sudah begitu, maka bisa jadi Anda telah masuk dalam hubungan hubungan sadomasokis semi konsensual.

Seperti dikutip dari Sydney Morning Herald, Kamis (25/7/2013), meski demikian, facebook ternyata bukan satu-satunya fasilitas di dunia maya yang menyebabkan seseorang berpotensi mengalami gangguan psikis. Pasalnya, instagram pun bisa memberi pengaruh lebih buruk hingga orang mengalami depresi.

Sejauh ini, studi akademis terkait efek instagram terhadap emosi seseorang memang masih langka. Tapi nampaknya menjadi hal menarik jika meramalkan efek-efek dari studi Facebook karena kebanyakan kegiatan di Facebook menawarkan tiga hal yang paling kuat hubungannya dengan kecenderungan seseorang merasakan kekesalan pada dirinya sendiri.

Saat ini, tiga hal itulah yang menjadi dasar Instagram yakni mempublikasikan diri di sekitar orang lain, menampilkan foto yang sesuai keinginan dan cenderung acuh tak acuh, serta menyebarluaskan foto tersebut ke kelompok yang relatif dikenal.

 "Saya berani mengatakan bahwa foto yang diunggah, mendapatkan likes dari orang lain, dan komentar terhadap foto adalah aspek-aspek dari Facebook yang berperan penting dalam mendorong efek harga diri, " kata Catalina Toma dari Departemen Seni Komunikasi di University of Wisconsin-Madison.

"Bisa dikatakan instagram lah yang memurnikan salah satu aspek tersebut," tandasnya. Selain itu, instagram juga secara eksklusif mengatur gambar-gambar yang lebih detail mengenai seseorang.

"Anda mendapatkan isyarat lebih eksplisit dan implisit dari orang-orang yang bahagia, kaya dan sukses dari foto mereka dibandingkan melalui status update," kata Hanna Krasnova dari Humboldt University Berlin.

"Sebuah foto bisa sangat kuat memprovokasi secara langsung perbandingan sosial yang ada dan itu bisa memicu perasaan seseorang menjadi rendah diri atau iri,” tambah Krasnova. Penelitian yang dilakukan Krasnova membuatnya menciptakan istilah "iri spiral" khas media sosial.

"Jika Anda melihat foto-foto yang indah dan menarik dari teman Anda di Instagram, salah satu cara untuk mengimbanginya adalah memposting foto Anda yang lebih baik. Kemudian , teman Anda melihat foto itu dan dia pun memposting foto yang lebih baik lagi dan begitu seterusnya,” jelas Krasnova.

Ia menambahkan hal ini akan memicu promosi diri yang lebih besar di media sosial dan mengakibatkan mereka akan semakin jauh dari kenyataan.

“Iri spiral ini memang bisa terjadi dengan mudah di Facebook atau Twitter, tapi untuk melakukan pertempuran yang sebenarnya, instagram adalah satu-satunya fasilitas yang paling memungkinkan,” tambah Krasnova.

Menurut Catalina Toma, mengutak-atik instagram juga membutuhkan cukup banyak waktu. Artinya Anda akan menghabiskan banyak waktu untuk menciptakan gambar diri sendiri yang paling ideal.

“Anda akan memilah-milah ratusan gambar untuk satu gambar yang paling sempurna, tetapi orang lain belum tentu akan melakukan hal yang sama." kata Catalina Toma.

Setelah menghabiskan banyak waktu dengan berhati-hati dalam memilih gambar yang paling ideal, selanjutnya Anda akan menghabiskan waktu lebih banyak hanya untuk menatap foto orang lain secara hati-hati dan menganggap mereka tidak menghabiskan banyak waktu seperti Anda.

Toma menambahkan, semakin Anda melakukannya maka Anda akan semakin terdistorsi persepsi bahwa hidup mereka lebih bahagia dan lebih bermakna. Meskipun hal ini terjadi sepanjang waktu di Facebook, tetapi karena Instagram berbasis gambar, maka akan tercipta realitas distorsi yang lebih murni.

Tak hanya itu, instagram juga menambah peluang Anda untuk melanggar garis abu-abu wilayah privasi seseorang. Jika Anda tidak tahu seseorang, melalui Facebook, Anda akan lebih mengenalnya apalagi jika mereka ternyata memiliki kepentingan yang sama dengan Anda.

"Dengan melihat profilnya saja, Anda bisa mendapatkan bahan untuk membuka perkenalan," kata Nicole Ellison dari University of Michigan School of Information.

Dengan begitu, menurut Ellison, garis abu-abu wilayah privasi seseorang telah dilanggar. Oleh karena itu, karena format pada instagram lebih mengutamakan gambar, maka bisa dikatakan garis abu-abu wilayah privasi seseorang sudah dilanggar hanya dengan melihat foto-foto orang tersebut.

“Bahkan jika Anda tidak mengungkapkan siapa diri Anda akan lebih besar lagi potensi mengaburkan batas antara orang asing itu dan Anda sendiri. Padahal sebelumnya Anda berdua belum pernah bertemu secara langsung,” tegas Ellison.

Radian Nyi Sukmasari - detikHealth

0 komentar:

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best Buy Coupons